Jumat, 25 September 2015

SIAPAKAH AKU? KENALAN YUK...

Akhirnya aku sempatkan juga untuk bisa mulai aktif mengisi blog yang sudah aku buat. Awalnya aku sama sekali tidak berminat untuk bisa menuliskan setiap hal yang terjadi dalam hidupku disebuah blog. Tapi karena aku sering nulis status yang bervariasi di facebookku, jadinya aku merasa perlu aja lah disini nanti nulis apa-apa kalau mau sharring artikel atau apapun itu. Soalnya aku sekarang membatasi penggunaan facebook, apalagi kalau aku sedang bikin status ga enak, nanti aku disentil teman-temanku karena dibilang ga sabaran :D.. ya udah dech aku mulai membiasakan diri untuk mengisi blog-ku dengan sharring banyak hal. Disamping itu aku kan memang hobby menulis jadi ga ada salahnya juga jika blognya bisa diisi siapa tahu dengan yang dishare bisa bermanfaat juga. Menghilangkan kejenuhan sebelum buku yang aku buat terbit, bisa sambil membiasakan diri mulai sekarang menulis disini.

Hi namaku Rr. Elly Mustika Wiriyanti, tapi beberapa tahun terakhir ini aku lebih dikenal orang dengan nama ‘Ranielly Mukherjee’, ayaoo kenapa coba sampai orang kenal dengan nama tersebut?. Ada yang tahu? Yaa, bukan juga sengaja, tapi memang karena ada alasannya, dan aku menikmati saja apa yang sudah ada dalam diriku sampai saat ini, bersyukur. Yaa, bersyukur adalah hal  yang harus selalu aku terapkan, karena hanya dengan bersyukur aku akan merasa hidupku lebih baik. Nanti yaa aku infokan kenapa oang banyak mengenaliku dengan nama ‘Ranielly Mukherjee’. Pokonya bersejarah banget dech.

Oh yaa kembali lagi ke ‘siapa aku’ nih, aku lahir tanggal 28 Januari di kota hujan dan merupakan anak 1 sebelum adik-adikku tentunya. Aku tinggal dengan orangtua dan keluargaku dikawasan sekitar daerah puncak bogor, yang sering membuat stress akhir-akhir ini karena macetnya jalan menuju kesana. Ya gimana ga stress coba, tiap hari sekarang jalan tersebut yang tadinya hanya diberlakukan macet untuk weekend aja, ternyata yaa saban waktu sekarang macetnya, ampun dech ga ketulungan. Makanya sering bikin males dengan jalanan yang bikin macet ini. Pulang kerja atau balik dari mana aja hmmm dijamin dech kalo ga pusing pengen cepet-cepet sampe rumah, karena lelah sudah pasti, lapar dan gregetan aja karena lama nyampe rumahnya. Tapi yaa apa daya, bukan salahku memiliki tempat tinggal di tempat sekarang yang sering terkena imbas macet, tapi karena kebijakan-kebijakan yang berpihak pada ‘DUIT’, catet yaa karena kantong masing-masing jadinya kawasan wisata ini benar-benar semaput. Udah bosen juga berkeluh kesah toh tetap aja gitu and gitu terus. So, buat yang mau main ke arah puncak bisa lebih tahu waktunya aja kalau mau kesana agar ga kena macet dan pastinya ga nyusahin orang sekitar situ yaa buat beraktifitas. Dan 1 lagi, jangan buang sampah sembarangan juga, masa datang kepuncak trus buang sampah, nanti imbasnya pas hujan hayoo bogor yang disalahkan karena mengirimkan banjir dan sampah, padahal sampahnya siapa yang membuat numpuk dibogor/ puncak. Kalo ga percaya lihatlah sendiri saat di jalan tol gadog antrian mobil akan memasuki jalur menuju puncak saat weekend terutama, sampahnya wuiiihh berserakan, segitu masih di tol yaa, apalagi daerah wisatanya. Hayoo coba dipikirkan, masa warga sekitar yang membuat itu semua. Kesadaran masyarakat Indonesia nya masih rendah dan sudah seharusnya budaya malu bisa diterapkan dimana saja.

Next, ayah dan ibuku adalah orang yang sangat aku sayangi juga adik-adikku dan keponakan tercintaku, intinya aku sayang keluargaku. Mereka adalah pilar hidupku, penyemangatku dan tujuan akhir hidupku. Mereka mengajarkan hidup sederhana, walaupun bisa dibilang kami keluarga yang mampu, tapi kami menjalani hidup sederhana. Sederhana disini bukan ‘pelit’ yaa, tapi lebih ke menjalani kehidupan layaknya keluarga lain yang tidak glamour dan jauh dari kesan ‘mewah’, seperlunya aja. Yang berada kan orangtuaku, anak-anaknya hanya menikmati saja dan kami tidak mau seperti itu.

Aku seorang pekerja keras, yaa apapun kasarnya akan aku lakukan jika aku mampu dan berminat terhadap pekerjaan tersebut, asal halal yaa dan manusiawi sesuai kemampuanku. Semua yang aku lakukan adalah untuk keluarga juga pada akhirnya. Bagiku mereka adalah segalanya dan sangat berharga. Karena itulah apa yang aku lakukan, aku niatkan suatu hari bisa membanggakan mereka. Sebagai anak, aku juga ingin menjadi anak yang berbakti dan membanggakan orangtua dan keluargaku, karena aku merasa belum melakukan apapun untuk mereka. Itu adalah doaku yang sangat gencar aku sampaikan kepada Tuhan.

Pendidikanku dimulai dengan TK (Taman Kanak-kanak) dan Sekolah Dasar di Ciawi tepatnya di TK dan SD Amaliah, yang menurut banyak orang dulu yang melihat sekolah ini adalah sarana pendidikan yang elit, karena hanya orang yang berduit yang bisa menyekolahkan anaknya disana. Dari anak ayah dan ibu-ku hanya aku dan adik pertamaku yang disekolahkan disini, karena saat itu kurikulumnya memang masih sangat bagus sebagai sekolah favorit. Tapi kebanyakan yang sekolah disini memang banyak menengah keatas. Yaa memang aku juga merasakan hal itu, jarak antara orang kaya dan sederhana itu tipis banget. Bersaing banget termasuk juga masalah juara kelas, asal anda kaya dan berpengaruh maka nilai bisa dibeli. Aku berasal dari keluarga sederhana dan tidak seperti teman-teman lainnya mungkin yang lahir dari keluarga berada, tapi orangtuaku mencukupi kebutuhan anak-anaknya termasuk mendapatkan sekolah yang kurikulumnya dikenal sangat bagus ini. Katanya sekolah disini harus kuat otak dan kantong. Sejak sekolah dasar aku juga mengalami yang namanya ‘diBully’ yang dilakukan oleh teman-teman yang merasa diatasku. Ya itu karena aku sudah jelaskan diatas, meski kami termasuk keluarga berada, namun orangtua kami menerapkan gaya hidup sederhana, tidak mencolok dan tidak berlebihan, sehingga apa yang kami pakai pun biasa saja bukan merek branded gtu, yang juga setiap sekolah harus di antar jemput supir dengan mobil pribadi. Jadinya aku dan adikku disekolah itu sering dibully, diejek kalo kata mereka mah kami ini ga level sekolah dengan mereka. Ya ampun sampe segitunya yaa, sampe mau berteman aja pilih-pilih harus dengan yang kaya lagi. Ga cuma anaknya aja, emak-emaknya juga begitu, saling menonjol satu dengan lainnya.

Waktu SD itu kami malah sering naik angkot. Pernah malah sebagai anak berontak kok ga dianterin aja pake mobil, tapi ternyata aku baru tahu setalah remaja mengapa ayahku menerapkan hidup sederhana seperti itu. Saat itu aku mungkin minder, tapi kalo dipiki-pikir lagi justru sekarang aku jadi ingin mentertawakan mereka yang sok ‘borju’ tersebut. J ternyata dunia sekarang berbalik, harta memang ga selamanya bakal jadi jaminan seseorang untuk terus menjadi kaya yaa..

Berada di tengah-tengah kalangan seperti itu justru mengajarkan aku banyak hal, bahwa roda kehidupan itu berputar dan aku tetap diajarkan jika harus tetap seperti ‘sederhana’ nya kita jika kita menjadi orang sukses nanti. Jelasnya saat di SD ini aku benar-benar digembleng dari pagi hingga sore belajar. Ayahku (aku panggil papa) mengajarkan anak-anaknya agar tetap sekolah dan belajar saja sebagai anak, ga boleh neko-neko minta yang macem-macem kayak temen-temen lain. Bukan ga mampu tapi ini adalah salah satu didikannya agar anaknya ga bersikap hidup boros dan menuruti gaya hidup oranglain yang ‘gengsi’ . Anak sekolah dasar harus ber’stress’ ria menjalani semua mata pelajaran yang disekolah lain diajarkan saat disekolah lanjutan. Yach, tapi itu adalah kenangan, kalo ga begitu ya g akan inget sampe sekarang. Pokoknya yang jadi perhatianku saat masih SD adalah gimana caranya aku bisa dapat juara kelas agar ayahku bangga dan percaya bahwa anaknya bisa selesai dengan baik dari sana.
Lanjut aah, ga mau lama-lama dengan kenangan saat masih disana yang pasti menyenangkan setiap detiknya dan memberikan pengalaman baru yang merupakan sebuah rangkaian kehidupan dalam hidupku yang harus dilalui, baik susah maupun senang, duka dan suka nya. Heeyy, aku juga alumni SMPN 1 Ciawi dimana sejak disinilah aku bisa mewujudkan impianku untuk bisa menjadi juara kelas. Nah karena gemblengan sedari SD itulah akhirnya aku bisa menjadi juara kelas itu sejak di SMP dan SMU. Nah di sekolah menengah pertama inilah aku benar-benar bisa menjadi juara kelas mendapatkan juara kelas dan aku sering ikutan lomba menyanyi. Cieellaah gaya banget yaak.. aku suka bernyanyi jadi pas ada lomba aku nyobain ikutan buat jadi peserta dan siapa sangka dapat juara ke 2 lho. Inget banget waktu itu lagu nya dari Novia Kolopaking yang aku nyanyikan hehehehee... :p

Oh ya, pas mau ke sekolah menengah atas, aku bimbang dan melakukan kesalahan dengan menginginkan sekolah dan menjadi ‘santri’ di sekolah modern pesantren Al Mashturiyah. Ciee gaya banget yaa ceritanya mau jadi santri, tapi sayang aku belum siap jauh dari keluarga akhirnya aku pindah ke sekolah umum biasa. Disekolah umum yang baru aku bisa buktikan dengan nilai-nilai bagusdan sering mendapatkan rangking 3 besar. Sejak SD kan aku pengen banget tuh dapet rangking 1 atau 5 besar, tapi karena di sekolah tersebut sulit buat dapatnya, aku Cuma bisa bertahan di rangking 5 besar aja. Tapi aku janji kalau di SMP dan SMA nanti aku bakalan bisa dapat dech rangking 1 itu. Ternyata itu memotivasi juga buat dapet rangking tersebut, buktinya di SMA dech yang dapet juara kelas rangking 1. Juga pernah terpilih menjadi peserta lomba siswa teladan tingkat kabupaten untuk mewakili sekolahku, dan yaa walaupun hanya menduduki peringkat ke 8 dari 15 sekolah, tapi aku cukup bersyukur karena selain terpilih juga itu adalah sebuah kebanggaan. Disini juga aku mendapatkan beasiswa dengan membebaskan aku untuk tidak bayaran sekolah, meskipun keluargaku termasuk mampu lho, kita juga ga miskin-miskin amat J

Saat di sekolah SMP dan SMA aku termasuk dekat dengan para guru dan aku mulai mengikuti organisasi-organisasi sekolah. Aku aktif di kegiatan PMR, PRAMUKA dan OSIS. Dianalah aku merasa penting mengikuti semua kegiatan yang ada pelatihan mengenai ‘LEADERSHIP’ nya. Selain juga tentunya membuka wawasan baru dan dunia-dunia organisasi lainnya. Tapi aku ga terlalu aktif juga apalagi pas kelas 3 takut nanti malah mengganggu pelajaranku.
Selama sekolah itu dan menghabiskan masa remajaku, aku terbilang bukan anak yang neko-neko karena aku ga suka corat coret, bolos, mabal (pergi sekolah tapi ga sampe kesekolah alias main), nipu orangtua buat uang bayaran, nyontek, dll. Hal-hal nakal remaja pada umumnya tidak aku lakukan sama sekali. Alhasil kalo bisa balik lagi kemasa itu, aku pengen sekali-sekali jadi bandel gitu. Karena hidupku lempeng-lempeng aja ga bervariasi. Pengen dech ngerasain badung sekali-kali gitu baju dikeluarin, sering telat masuk, corat coret dsb. Hal nakal yang pernah sekali aku lakukan adalah saat aku memanjat tembok saat berusaha mengambil buah mangga yang jatuh dihalaman orang lain karena bersebelahan dengan sekolahku :D itu pun tidak diketahui oleh guru, karena saat itu ceritanya aku dan teman-teman lagi iseng aja mau ngerjain guru bahasa Inggris yang tidak suka dengan bau busuk buah mangga, dan alhasil sang guru pun keluar ruangan ga mau ngajar seharian itu karena bau mangga yang diumpetin, :p hahahaa... maafin yaak bu kenakalan kami. Keisengan lain juga paling cuma berusaha aja mengambil lampu saat pelajaran matematika :D jadinya sang guru ga mungkin kan ngajar kalau kelasnya gelap pas hujan gitu jadinya kelas dibubarkan dech. Padahal selesai itu kita pasang lagi tuh lampu. Tapi aku adalah murid yang baik dan cukup dikenal oleh guru-guruku, selain aku juga sopan dan pintar (kata mereka lho yaa bukan kata aku), aku juga aktif dalam organisasi disekolah.

Kelas 3 disekolah menengah atas ini aku mengambil jurusan IPA, karena aku memang menginginkan melajutkan kuliah ke jurusan kedokteran, tadinya. Tapi sayangnya aku ga bisa juga menggapai impianku yang satu itu. Ya sudahlah bukan rejeki aku, karena usaha sudah, berdoa sudah, hasilnya kan Tuhan yang menentukan. Yang pasti selesai dari itu aku melanjutkan kuliah ke perguruan tinggi di Bandung. Mengharuskan kuliah di swasta juga bukan keinginanku, karena mungkin disinilah rejeki yang Tuhan berikan buatku jalani.
Saat kuliah aku mengambil jurusan Hubungan Internasional. Entah apa yang terlintas dipikiranku saat itu, bukannya menganbil jurusan yang berkaitan dengan ilmu yang aku pelajari malah mengambil jurusan yang bersifat sosial dan teoritis. Ceritanya kan dulu mau sebagai batu loncatan aja, agar tahun depannya aku bisa ikut ujian masuk kedokteran tapi ternyata setelah dijalani 1 tahun disana dengan IPK yang tinggi, aku putuskan untuk tetap melanjutkan saja kuliah dijurusan tersebut. Hingga akhirnya aku bisa menjadi seorang sarjana lho dengan nilai indeks prestasi yang memuaskan dengan predikat Cum Laude dengan IPK 3, 63. Aku bisa menyelesaikan kuliahku hingga wisuda hanya dengan waktu 3,8 tahun aja, setelah itu aku langsung bekerja dan mencari duit sendiri, yang ternyata gampang-gampang susah boo.. tapi ya itulah proses hidup harus tetap dijalani bukan?!


Yang jelas ini pengenalan mengenai pribadi awalku dulu. Udah yaa segitu dulu nanti aku akan sambung cerita dan informasi per ‘sub’ nya hahaha..  see you

Tidak ada komentar:

Posting Komentar